ER3News.com – Israel melancarkan serangan udara di pinggiran Damaskus, Suriah, menargetkan apa yang mereka klaim sebagai pusat komando kelompok militan Palestina, Jihad Islam (PIJ), yang diduga mengarahkan aktivitas teroris terhadap Israel. Militer Israel merilis video pendek yang menunjukkan ledakan dan asap dari serangan tersebut, Pada Kamis, 13 Maret 2025
Namun, juru bicara PIJ, Muhammad al-Haj Musa, membantah klaim tersebut, menyatakan bahwa lokasi yang diserang adalah rumah kosong, bukan pusat komando. Dua sumber keamanan Suriah menyebutkan bahwa targetnya adalah seorang individu Palestina, tetapi rincian mengenai korban belum jelas. Kantor berita negara Suriah mengonfirmasi bahwa bangunan yang diserang berada di pinggiran Damaskus.
Serangan ini merupakan yang pertama di ibu kota Suriah sejak Ahmed al-Sharaa menjabat sebagai presiden sementara setelah jatuhnya rezim Bashar al-Assad pada akhir tahun lalu. Israel mengklaim bahwa serangan ini sebagai peringatan kepada al-Sharaa terkait dugaan rencana PIJ untuk menyerang Israel. PIJ membantah bahwa bangunan yang diserang adalah markas mereka dan menyatakan bahwa bangunan tersebut kosong. Kelompok penyelamat White Helmets melaporkan bahwa serangan tersebut menghancurkan sebuah bangunan hunian dan melukai tiga orang.
Sejak al-Sharaa mengambil alih kekuasaan, Israel telah memperluas operasi militernya di Suriah, termasuk menduduki wilayah strategis di selatan Suriah untuk jangka waktu yang tidak ditentukan guna memastikan keamanan dan demiliterisasi. Langkah ini menuai kritik internasional sebagai upaya perebutan wilayah secara oportunistik pasca jatuhnya rezim Assad.
Al-Sharaa telah menandatangani konstitusi sementara yang memberinya wewenang eksekutif dan hak untuk mengumumkan keadaan darurat selama periode transisi lima tahun. Masyarakat internasional bersikap hati-hati mengenai pencabutan sanksi hingga ada jaminan inklusivitas dan hak bagi minoritas dalam sistem politik baru Suriah. Ekonomi Suriah, yang hancur akibat perang, korupsi, dan sanksi, menghadapi tantangan besar dengan 90% populasi hidup dalam kemiskinan.
Situasi ini meningkatkan ketegangan di kawasan tersebut, dengan komunitas internasional mengamati perkembangan di Suriah dan respons Israel terhadap perubahan politik yang sedang berlangsung.





